Tangis Sumatera, Aksi Nyata HISSI Gelorakan ‘Fiqh Sosial’ Membasuh Luka Bencana 2025

JAKARTA – Desember 2025 mencatat sejarah kelabu di tanah Andalas. Di balik hamparan hijau Bukit Barisan yang biasanya memukau, terselip duka mendalam yang menyayat hati. Bencana hidrometeorologi yang datang tanpa permisi—banjir bandang dan tanah longsor—telah meluluhlantakkan sebagian wilayah Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat. Rumah-rumah yang dulunya hangat oleh tawa keluarga kini hanyut atau terendam lumpur, menyisakan kebingungan di wajah para orang tua dan trauma di mata anak-anak yang kehilangan tempat bernaung.

Di tengah kabar duka yang berseliweran di media massa, sebuah gerakan sunyi namun bertenaga lahir dari kalangan intelektual Islam di Jakarta. Himpunan Ilmuwan dan Sarjana Syariah Indonesia (HISSI), sebuah wadah berkumpulnya para pemikir hukum Islam terkemuka di negeri ini, membuktikan bahwa menara gading keilmuan tidak membuat mereka berjarak dari realitas sosial. Melalui Surat Keputusan dan Seruan Donasi yang dirilis secara resmi, HISSI mengubah narasi kesedihan menjadi aksi nyata bertajuk “Peduli Musibah Sumatera 2025”.

Panggilan Hati: Dari Diskusi Menuju Aksi
Ketua Umum Majelis Pengurus Nasional (MPN) HISSI, Prof. Dr. Drs. KH. Muhammad Amin Suma, BA, SH, MA, MM, tidak tinggal diam melihat saudara sebangsa didera ujian berat. Dalam seruan emosionalnya kepada seluruh keluarga besar HISSI, beliau menegaskan ulang hakikat ilmu dalam Islam. Bagi Guru Besar ini, musibah di Sumatera adalah ujian bagi integritas keilmuan para sarjana syariah.
“Sebagai himpunan ilmuwan dan sarjana Syariah, kita memahami bahwa ilmu sejatinya bukan hanya untuk didiskusikan, namun untuk diamalkan melalui ta’awun (saling tolong-menolong),” demikian bunyi seruan moral yang digaungkan Prof. Amin Suma.

Pernyataan ini menjadi landasan teologis yang kuat bagi gerakan tersebut. HISSI menekankan bahwa inilah momentum bagi “fiqh sosial” untuk berbicara. Istilah ini merujuk pada pemahaman hukum Islam yang tidak hanya berkutat pada teks-teks klasik di ruang seminar, melainkan peka terhadap penderitaan manusia. Narasi yang dibangun sangat menyentuh sisi kemanusiaan: “Di balik berita yang kita baca, ada tangisan anak-anak yang kehilangan kehangatan rumah dan orang tua yang bingung menatap masa depan.”

Seruan tersebut bagaikan komando bagi para akademisi, hakim, praktisi hukum, dan ulama yang tergabung dalam HISSI untuk menyisihkan sebagian rezeki mereka. Tujuannya satu: jangan biarkan korban bencana merasa ditinggalkan dalam kedinginan dan keterbatasan.

Gelombang Solidaritas Kaum Intelektual
Respon terhadap seruan “Duka Sumatera adalah Duka Kita” tersebut bergulir cepat bak bola salju. Berdasarkan data rekapitulasi donasi yang dihimpun hingga penutupan pada Selasa, 16 Desember 2025 pukul 16.00 WIB, MPN HISSI berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 36.550.000.

Angka ini bukan sekadar statistik finansial, melainkan representasi dari semangat ukhuwah (persaudaraan) yang kokoh. Daftar donatur yang berpartisipasi menunjukkan betapa inklusifnya gerakan ini. Mulai dari para Guru Besar (Profesor), Doktor, hakim, Ustaz, hingga anggota yang menyebut dirinya “Hamba Allah”, semua melebur tanpa sekat gelar akademik demi satu tujuan kemanusiaan.

Dana puluhan juta rupiah tersebut dikumpulkan melalui rekening resmi Bank Syariah Indonesia (BSI) atas nama HISSI, dengan narahubung Husnul yang bertugas memverifikasi setiap rupiah yang masuk sebagai amanah umat. Transparansi dan akuntabilitas menjadi kunci, mengingat dana ini adalah titipan langit yang harus sampai ke bumi Sumatera dengan selamat.

Distribusi yang Menembus Titik Isolasi
Mengumpulkan dana adalah satu hal, namun memastikan amanah tersebut sampai ke tangan yang tepat di tengah kekacauan pascabencana adalah tantangan tersendiri. MPN HISSI menyadari bahwa bantuan tidak boleh menumpuk di posko utama, tetapi harus menyebar ke titik-titik krusial.

Dalam surat resmi bernomor 60/Sek-PK/MPN-HISSI/XI/2025 tertanggal 17 Desember 2025, Sekretaris Jenderal HISSI, Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H., bersama Ketua Umum melaporkan bahwa bantuan telah disalurkan. Strategi distribusi HISSI terbilang efektif karena memanfaatkan jejaring anggota mereka yang tersebar di seluruh nusantara.
“Alhamdulillah, amanah berupa bantuan dana yang terkumpul melalui rekening BSI ini telah kami salurkan kepada para korban yang membutuhkan di lokasi bencana melalui perwakilan HISSI yang dekat dengan lokasi bencana,” tulis pimpinan HISSI dalam surat edaran tersebut.

Penyaluran dana dilakukan melalui empat koordinator lapangan yang merupakan tokoh akademisi dan tokoh masyarakat setempat, memastikan bantuan tepat sasaran: 1). Langkat, Sumatera Utara: Distribusi dikawal oleh Ibu Hj. Siti Aminah, seorang anggota Satgas yang juga pegawai Kementerian Agama. 2). Takengon, Aceh Tengah: Di wilayah dataran tinggi ini, bantuan dikoordinasikan oleh Firdaus dari IAIN Takengon. 3). Langsa dan Aceh Tamiang: Wilayah pesisir timur Aceh ini diampu oleh Prof. Dr. Muzakkir, MH. 4). Padang, Sumatera Barat: Prof. Dr. Wira, M.Ag memegang kendali penyaluran bantuan di ranah Minang.

Keberadaan para profesor dan akademisi lokal sebagai penyalur bantuan menegaskan bahwa HISSI tidak hanya mengirim uang, tetapi juga memastikan adanya trust (kepercayaan) bahwa bantuan dikelola oleh tangan-tangan yang kredibel.

Apresiasi dan Doa Penolak Bala
Sehari setelah penutupan donasi tahap ini, tepatnya pada Rabu, 17 Desember 2025, Majelis Pengurus Nasional HISSI merilis ucapan terima kasih resmi kepada seluruh donatur (“HISSI-wan dan HISSI-wati”). Surat yang ditandatangani di Jakarta tersebut penuh dengan nuansa spiritual dan rasa syukur.
“Kami mewakili Majelis Pengurus Nasional Himpunan Ilmuwan dan Sarjana Syariah Indonesia (MPN HISSI) mengucapkan Jazakumullah Khairan Katsiran yang sebesar-besarnya atas partisipasi, kepedulian, dan donasi yang telah diberikan,” ungkap surat tersebut.

Lebih dari sekadar ucapan terima kasih, surat tersebut juga memuat doa yang mendalam bagi para donatur. Pimpinan HISSI mendoakan agar setiap rupiah yang didonasikan menjadi “pemberat timbangan amal kebaikan”, “penolak bala”, serta diganti oleh Allah SWT dengan keberkahan yang berlipat ganda. Semangat gotong royong yang ditunjukkan oleh para anggota dinilai sungguh luar biasa, menjadi bukti bahwa ikatan profesi sarjana syariah juga merupakan ikatan hati

Epilog: Membangun Harapan
Bencana Sumatera 2025 mungkin telah merenggut harta benda, namun ia gagal merenggut rasa kemanusiaan kita. Gerakan yang diinisiasi oleh HISSI dari kantor sekretariat mereka di Pondok Pinang, Jakarta Selatan, memberikan pesan penting bagi bangsa ini: bahwa ilmu pengetahuan, khususnya ilmu agama, haruslah membumi.

Ketika para pakar hukum Islam turun tangan menyisihkan harta dan mengorganisir bantuan, mereka sedang mengajarkan fiqh yang hidup—sebuah pemahaman bahwa ibadah sosial sama pentingnya dengan ibadah ritual. Bantuan dari HISSI diharapkan dapat memberikan kekuatan bagi warga Aceh, Padang, dan Sumatera Utara untuk bangkit kembali menata kehidupan.

Langit Sumatera mungkin masih mendung, namun kepedulian dari saudara-saudara se-Tanah Air, seperti yang ditunjukkan oleh Keluarga Besar HISSI, adalah matahari yang akan menerbitkan kembali harapan di ufuk barat Indonesia.

Laporan ini disusun berdasarkan data resmi dan surat edaran Majelis Pengurus Nasional HISSI per 17 Desember 2025.

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *